Sekilas terlihat sebentuk logam berwarna emas
Berbatu tampak seperti delima berlian
Di dalam sebekas kotak berwana merah yang cute
Berkilau silau dek di pandang si kayu
Memunggah segenap juta rasa
Hilai tawa merubah suasana tembakan meriam
Berdesup masuk ke bahagian paling lembut organnya
HATI
Yang indah niannya bertukar hitam gelap ligap
Tidak menyerap.. tidak memantulkan
Membisu busuk di situ
Hati membisik-bisik sesama organ lain
Mengatakan ia bakal tiba
Otak memberontak menyekat naluri
Melontar ke bibir lesu kerna terjahan mata
Persoalan bagai udara yang memenuhi seisi bumi
Tiada ruang sedikit pun tidak di isinya
Bohong katanya,kata si hati
Benar katanya, kata si jiwa
Semakin untuk diterima
Semakin di tebuk dinding naluri itu
Mutiara mata masih kukuh
Menahan tembakan kekecewaan
Menunggu kata putus itu
Diam seinfiniti tatabahasa
Terjerat lidah untuk melakar kata terima
Hati dan bibir tidak seia sekata lagi
Meludah darah hitam pekat nista
Semuanya pasti terjadi
Empunya diri membuat pilihan
Tidakkah difikir si kayu yang ditinggalkan
Si kayu mahu pergi namun hatinya masih ada
setompok di sini
Selangkah lagi ia terjadi
Si kayu pasti akan pergi sejauh abad meniti pilunya
Yang meninggalkan tidak sama rasanya seperti ditinggalkan
Oleh itu, jangan di permain akan perasaan
Hanya mengalas kaki
Di kesat lalu pergi
Yang dikesat terasa hadirnya hanya sekelip mata
Meninggalkan kesan yang tidak akan pudar hingga bila-bila
#fahamItuPasti
Tiada ulasan:
Catat Ulasan